Sabtu, 19 Desember 2015

Dua puluhan

Beberapa kali membaca tulisan MasGun, yang membahas mengenai usia dua puluhan, dimana tiba usia pembuktian dan pencarian, dimana keputusan yang diambil bisa berpengaruh terhadap banyak hal, bisa menjadi panjang alurnya... Usia dimana mengusahakan kesepakatan dengan orang tua menjadi seni dalam pencapaiannya.

Maka di masa ini pun aku. Berada di lingkungan ini, dengan orang-orang baik ini, yang terus menggiring keluar hal2 yang saya anggap tak-apa-jika-saya-begini-saja di ruang aman. Namun konsekuensinya pun harus ditanggung, mengalami yang sebelumnya dihindari, mengalami yang sebelumnya ditakuti. Untuk itu harus mengeraskan hati. Hidup ini keras dik, tak selamanya bisa hidup sebagai manusia normatif.

Berjuang melawan arus memang tak senyaman berenang mengikuti kemana sungai mengalir, kadang bertemu kerikil, kadang arusnya terlampau deras. Tapi percaya saja, nanti ada. Untuk hal ini aku masih sulit membedakan, mana yang masih boleh dilakukan dan mana sudah di luar aturan. Beberapa bilang "sudah, jangan terlalu normatif". Bzz. Ketika sudah kejadian, sendiri yang ditakuti.

Namun seperti di awal tadi, waktu waktu ini adalah penentuan. Untuk yang sudah berlalu dan yang tidak sempat menjadi kenyataan atau yang menjadi kenyataan yang salah, biarlah. Masih punya waktu, tinggal mau memperbaiki dan merancang atau pasrah saja. Perlu mengeraskan hati memang, belajar. (dan sedikit bijak tentang mana cara yang baik.)

"Kamu sudah dewasa, kamu tau apa yang harus dilakukan".