Rabu, 11 November 2015

Wangi kopi

Aku suka wangi kopi pagi ini, mengingatkanku pada suasana bandara Soetta. Ketika wewangian kopi tajam berpadu dengan girang yang memuncak.
Aku suka wangi kopi pagi ini, mengingatkanku pada rindu yang menunggu. Ketika suara di ujung Subuh berpadu dengan hangat yang menyeruak.
Aku suka wangi kopi pagi ini, mengingatkanku untuk sejenak menghenti. Ketika pikirku pun masih enggan untuk memutuskan, kemana dan kapan aku akan.

Tetiba gelas kopi sebelah telah kosong, wangi hilang, aku tersadar.

Senin, 09 November 2015

Hidup (perjuangan)

Baru saja berkenalan dengan seorang ibu juru masak baru di mess ketika iseng duduk membaca di dapur. Seorang janda dengan tiga anak. Satu bekerja sebagai penata panggung di s*ctv, satu di tingkat akhir s*tan, serta bungsu yang telah menikah dan bekerja di Lampung.
Siapa sangka ibu ini mengenyam masa kecil hingga mulai dewasa di Perancis & Helsinki (Finlandia), Eropa!! Banyak negara telah dikunjungi ketika ikut dengan kakaknya yang bekerja isebagai kedutaan besar RI. Pulang saat berusia 26 dan langsung dinikahkan oleh kedua orang tuanya, dengan tujuan agar beliau tidak pergi-pergi lagi. Hehehe
Dalam perjalanan pernikahannya, ibu ini sempat bercerita bahwa beliau kejar target dalam mendapatkan momong. "Pokoknya umur tiga puluh, saya sudah selesai (ga nambah anak lagi.red). Jadilah jarak antara ketiga anaknya tidak terlalu jauh.
Pahit cerita, ditinggal mati oleh sang suami ketika anak2 masih kecil tidak membuat ibu ini patah semangat. Perempuan yang dulunya bekerja di pabrik ini selalu berpesan kepada anaknya bahwa mereka harus memaksimalkan power yang mereka miliki. "Power kalian dimana, harus dikejar terus, harus diperjuangkan. Karena hidup itu memang perjuangan."
Berbekal keyakinan bahwa anak-anaknya memiliki kemampuan lebih yang harus dikembangkan, ibu mengirim dua anaknya untuk bersekolah di Jakarta, bersama sanak saudara di sana. "Kalo disini takutnya kurang bisa berkembang mbak." ujar ibu asal Purworejo.
Ketika ditanya apakah ibu tidak kangen dengan anak-anak, beliau bercerita bahwa paling tidak tiga bulan sekali mereka saling berkunjung, bergantian.
Walaupun anak-anaknya telah mendesak agar ibu tidak usah bekerja saja karena telah ada mereka yg mencukupi, ibu menolak. Bagi beliau, rasanya tidak biasa bila tidak berkegiatan.

Terlihat sederhana, juru masak di sebuah kantin perusahaan, namun telah menjelajah Eropa. Dan satu point penting yang menarik dari ibu, terpancar aura positif dan keyakinan dari mata dan kata dari ceritanya.

"Hidup adalah perjuangan"

"Kejar dan perjuangkan apa yang menjadi powermu"




*tiba-tiba kantuk hilang

Terbanggi, 9 Nov 2015

Senin, 02 November 2015

(Terpaksa)

Bu, saya sedih Bu...
Hanya menonton dari sini, tapi ikut sedih Bu...
Bukan perkara menonton perpisahan Bu, yang membuat saya sedih. Tapi mendengar "bingung e pamitan sama orang-orang baik" yang ditelingaku terdengar seperti "sedih menyakiti orang baik".

-Sedih karena menyakiti orang baik-

Ketika (terpaksa) menyakiti itu menyedihkan, maka bagian yang terasa paling buruk dari hal itu adalah (terpaksa) menyakiti orang baik.