Kamis, 06 November 2014

Seragam Coklat-Coklat

Praja Muda Karana a.k.a. Pramuka. Organisasi yang menurutku keren banget di kalangan pelajar di Indonesia. Sepanjang SD-SMP-SMA, aku hobi banget ikut kegiatan ini. Hihi. Suka seragam coklat-coklatnya, suka atributnya, suka topinya, suka pernak perniknya. Kayanya cowok cewek yang pake segala macam tentang pramuka itu kadar ke-keren-annya naik beberapa tingkat dibanding pas mereka pake seragam sekolah biasa (putih merah-putih biru-putih abu-abu). Terus pake sepatu-kaos kaki item-item juga, mmm gagah tenan!

Menikmatinya

Gambar diambil dari sini

Kamis, 30 Oktober 2014

Cahaya yang Menemani

Sore ini gerimis kecil menemani matahari yang setengah tenggelam di ujung barat, ketika Angga berlari pulang ke rumah. Bajunya yang telah kotor sehabis berlatih sepak bola menempel nempel di kulit membuatnya risih. Tinggal dua belokan lagi maka dia akan sampai di rumah. Tiba-tiba langkahnya terhenti. Dia mendengar samar suara sesenggukan. Bola matanya mencari sumber suara. Nampak siluet bocah kecil duduk di dalam pos kamling tak berpintu sebelum tikungan. Lampu pos yang mati membuat sosok di pojok itu hampir tak terlihat. Hanya sedikit sinar lampu jalan yang masuk ke ruang 2x2 m itu. Angga mengenalinya, namanya Aji, bocah kecil anak penjual gorengan. Mereka belum pernah bertegur sapa sebelumnya meskipun usia mereka tak terpaut jauh. Angga hanya mengetahui nama bocah itu dari seorang satpam di kompleks rumahnya. Sementara itu, dari tempat Angga berdiri nampak bendera putih baru saja dipasang di depan rumah kecil berdinding bata merah. Dia tertegun. Itu rumah Aji. Angga terdiam sejenak, ragu harus bagaimana. Sejurus kemudian dia berlari, meninggalkan si bocah kecil sendirian di ruang gelap itu.

Sederhana yang Tidak Sederhana

Aku memandang senja yang datang. cahaya kekuningan yang masuk ke kamarku menghasilkan siluet buket mawar yang aku letakan di atas meja dekat jendela. Tertinggal pesan di sana,
"Jangan lupa makan sayur. (How Long Will I Love You-Ellie Goulding)".
Tanpa nama. Ini mungkin sudah yang ke dua puluh-an kalinya. Telah berulang kali memang, tapi belum juga aku temukan siapa di balik buket-buket itu. Beberapa kali tergeletak di meja kerjaku, tak jarang kurir yang mengantar, dan sisanya di letakkan di depan pintu rumahku. Sama sekali tanpa jejak. Si pengirim hanya mencantumkan pesan singkat dan menyertakan satu judul lagu. Anehnya, aku menyukai hampir semua lagu yang dia sebutkan, bahkan lagu semacam Back for Goodnya Take That pun ternyata aku suka. Jadilah lagu-lagu itu membuat aku kegirangan setiap kali aku mendengarnya di saat-saat tidak terduga. Ini menyenangkan. Seperti mengalami Mengagumimu dari Jauhnya Tulus.
"Sering hujan, jangan lupa bawa payung. (Waktu Hujan Turun-Sheila on Seven)"
"Semoga harimu menyenangkan. (Angel-The Corrs)"
"Ternyata kamu suka Lili? Ini spesial untukmu. (Lost Star-Keira Knigtley)"
"Selamat hari gajian. (Happy-Pharrel Williams)"
Dan masih ada banyak pesan lain. Terdengar sama sekali tidak meminta balasan. Hei, jangan dikira aku tidak berusaha mencari tahu siapa dalangnya. Sudah! Hasilnya nihil.

Sabtu, 25 Oktober 2014

Iriana

Prang! Aku menutup telinga. Entah sudah barang ke berapa yang pecah. Selanjutnya yang dapat aku dengar dari sudut kamarku hanyalah teriakan bersahut-sahutan. Aku menebak-nebak suara siapa yang lebih tinggi. Mungkin mereka lebih cocok bergabung dengan masa di luar sana yang menuntut kenaikan upah buruh. Sejauh yang kuingat, pertengkaran ini adalah kali ketiga dalam minggu ini.  Jangan-jangan mereka lupa kalau aku juga punya hak atas pendengaranku di rumah ini. Aku menarik selimutku lagi, menenggelamkan tubuhku lebih dalam lagi. Seandainya aku punya kakak atau adik, mungkin akan lebih melegakan untuk melewati suasana seperti ini.

Jumat, 24 Oktober 2014

Akan Menjadi Aku

Pernah melihat kupu-kupu? Makhluk cantik itu membuat aku iri. Dia bermetamorfosis, dia berjuang untuk itu. Aku juga menginginkannya, metamorfosis, aku ingin berubah. Aku ingin menjadi sebenar-benarnya aku. Meskipun harus melewati fase panjang ini sendirian, fase panjang dalam pencarian. Nama yang terlanjur koyak karena keyakinan yang berlainan. Menjadi terasing, termarjinalkan. Demi satu tujuanku, bermetamorfosis. Aku hanya ingin menjadi sebenar-benarnya aku.

Kamis, 23 Oktober 2014

Momen Datang dan Menghilang

Ini menyenangkan, saat-saat menunggumu. Sekedar mengetahui kamu tiba-tiba online di salah satu media sosial. Rasa geregetan yang timbul membuat ingin bilang, "hey kamu, ini aku di sini!", yang seterusnya hanya akan jadi ingin semata. Lalu aku akan sengaja pergi menghilang sebelum aku terlanjur menikmati momen itu. Kali lain, kamu yang akan menghilang. Seperti sengaja membiarkanku mencari-cari kemunculanmu lagi.

Selasa, 30 September 2014

Rasa tersebut

http://www.dreamstime.com/adorable-teddybear-couple-in-love-thumb864813.jpg


Seringkali persahabatan laki-laki dan perempuan akan berada dalam satu titik saling jatuh cinta, tinggal keputusan mereka saja untuk tetap menjaga aman nyaman sebagai sahabat atau mengakui rasa baru tersebut cinta.

Rabu, 09 Juli 2014

Pergi

Pukul 10.00 nanti, aku sudah memantapkan hati akan pergi.


Pukul 09.59, tetiba kamu datang lagi.


Pukul 11.11, aku masih di sini, hanya bisa memandang punggungmu yang menjauh (lagi).

Senin, 02 Juni 2014

Puzzle

Setiap apa yang terjadi dalam hidup kita merupakan potongan-potongan cerita yang saling sambung menyambung.


Kalimat tadi bukan sekedar kalimat keren-kerenan lho... soalnya sudah sangat sering mengalami momen "Oo...jadi ini sebab kenapa kemaren begini/begitu..." Dan ini terjadi dalam perjalanan penyelesaian skripsi yang ternyata berumur panjang. Tiga semester-hahaha-bukan masa penyelesaian yang patut dibanggakan... ._.

Kamis, 02 Januari 2014

Kamu tahu kan rasanya? (Aku)

Kamu tau kan rasanya?
Seandainya situasi tak seperti ini, akan menyenangkan sekali. Kau tau? Rasanya sesak melihat orang yang aku inginkan, ternyata malah bersamamu. Akhirnya memilih bersamamu. Sebenarnya tak pernah ada niatku untuk menyakiti siapapun. Tidak kamu, bukan dia, apalagi diriku sendiri. Kamu juga wanita, kamu pasti bisa merasakannya. Ketika orang yang kamu cintai, justru bersanding dengan orang lain, dan bukan di sampingmu. Dan kita sebisa mungkin saling menghindar saat bertemu, sebisa mungkin terlihat tak menyadari keberadaan masing-masing. Menghindar dari kemungkinan hati menyakiti diri sendiri.
Kamu tahu kan rasanya?
Rasa nyaman saat bersama, rasa nyaman saat bercerita, ada semangat saat berjumpa... Ya mungkin salahku, salah kita terlau lama menyadari rasa itu. Terlalu lama kita terkurung dalam kata yang kita buat sendiri, sahabat. Lalu kamu memilih dia, kemudian kita baru menyadari rasa-rasa ini. Aku bisa apa? Selain mengamatimu dari jauh. Aku bisa apa? Tanpa teman-teman yang selalu berusaha menghadirkanmu untukku.
Sebagai makhluk sosial, setiap manusia memiliki hak, begitupun kamu, dia, mereka, juga saya.

Gambar: http://mardwitantilaras.blogspot.com/

*Bisa jadi saya sedang dilatih agar saya bisa mempertahankan hak.