Kamis, 02 Januari 2014

Kamu tahu kan rasanya? (Aku)

Kamu tau kan rasanya?
Seandainya situasi tak seperti ini, akan menyenangkan sekali. Kau tau? Rasanya sesak melihat orang yang aku inginkan, ternyata malah bersamamu. Akhirnya memilih bersamamu. Sebenarnya tak pernah ada niatku untuk menyakiti siapapun. Tidak kamu, bukan dia, apalagi diriku sendiri. Kamu juga wanita, kamu pasti bisa merasakannya. Ketika orang yang kamu cintai, justru bersanding dengan orang lain, dan bukan di sampingmu. Dan kita sebisa mungkin saling menghindar saat bertemu, sebisa mungkin terlihat tak menyadari keberadaan masing-masing. Menghindar dari kemungkinan hati menyakiti diri sendiri.
Kamu tahu kan rasanya?
Rasa nyaman saat bersama, rasa nyaman saat bercerita, ada semangat saat berjumpa... Ya mungkin salahku, salah kita terlau lama menyadari rasa itu. Terlalu lama kita terkurung dalam kata yang kita buat sendiri, sahabat. Lalu kamu memilih dia, kemudian kita baru menyadari rasa-rasa ini. Aku bisa apa? Selain mengamatimu dari jauh. Aku bisa apa? Tanpa teman-teman yang selalu berusaha menghadirkanmu untukku.


Kamu tahu kan rasanya?
Saat orang yang kamu harapkan berada di sampingmu, justru berada di sisi orang lain. Sesak bukan? Aku pun merasakan itu, saat dia tertawa-tawa bersamamu. Tubuhku selalu bergetar setiap berjumpa denganmu, semua rasa sakit, marah, sesak dan sedih muncul secara bersamaan. Bukan karena aku tidak suka kepadamu, sungguh bukan. Di sana, terselip rasa, aku ingin membereskan semuanya, tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa. Aku tidak bisa menolongmu agar kamu pun mendapat bahagia yang sama. Kita sudah terlanjur terjebak di keadaan ini.
Kamu tahu kan rasanya?
Aku wanita, dan aku dipilih. Tapi aku tidak pernah berharap dipilih untuk mengalami hal seperti ini. Sedari awal aku sudah ragu, tuluskah kalian? Yakinkah kalian? Karena yang aku tau, gesture kalian menyiratkan ada yang berbeda, meskipun kalian tidak pernah menyadarinya. Kamu tau? Aku berusaha sangat keras untuk menerima persahabatan kalian, menerima bahwa hubungan dekat ini sebatas persahabatan. Aku berusaha keras menerima mudahnya kamu bersahabat dengan wanita. Aku berusaha keras menerima bahwa banyak dari dia yang tak kumiliki. Tapi aku tidak mau berusaha untuk menerima kenyataan bahwa ada rasa diantara kalian saat kamu masih mengakui aku ada. Aku wanita, dan aku dipilih. Tegaslah.
Meskipun begitu, aku tau kamu tersiksa memiliki rasa tapi tak bisa leluasa menikmatinya. Kalian saling suka, tapi terlambat menyadarinya. Seperti yang pernah kamu katakan kepadaku. Miris. Ingin bertukar kabar, tapi khawatir aku akan marah. ingin berbincang saat berjumpa, tapi kamu tahan karena ada aku di depanmu. kamu tahan sebisamu, tergambar jelas di ekspresimu. Salah tingkah itu dan senyum yang terkesan dipaksakan untuk mengusir rasa gugupmu. Aku wanita, dan aku dipilih. Tegaslah.


Kamu tahu kan rasanya?
Menyadari rasa ketika kamu sudah tidak bisa mewujudkan lebih jauh rasa itu. Tidak, tentu saja saat ini aku (mencoba) menyayangimu, sebagai teman.
Kamu tahu kan rasanya?
Sulitnya meyakinkanmu bahwa aku menyayangimu. Meyakinkanmu bahwa aku memilihmu. Sedih menghadapi kenyataan bahwa kau masih saja mempertanyakannya. Aku disini bersamamu, dengan segala sisa perhatian dan pikiran untukmu.


http://feelinsoblue.wordpress.com/2008/11/15/senja/

3 komentar: